MAKALAH
FARMAKOLOGI
DISTRIBUSI OBAT DALAM TUBUH
Disusun oleh :
ANGGOTA :
1.
Ria Setianingsih (18123540A)
2.
Harun Efendi (18123541A)
3.
Cindy Zeila V (18123542A)
4.
Wahyu mukti wijaya (18123543A)
5.
Wawan Kurniawan (18123545A)
6.
Adi Ariyanto (18123546A)
7.
Lidwina Alfa Rista (18123547A)
8.
Arega Wima Ika (18123548A
9.
Yosep primayuda U (18123549A)
|
FAKULTAS
FARMASI
UNIVERSITAS
SETIA BUDI
SURAKARTA
2013
BAB
I
PENDAHULUAN
I.
Latar
Belakang
Farmakologiadalah
ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan obat-obatan. Biasadalam ilmu ini
dipelajari:
1. Penelitian
mengenai penyakit-penyakit
2. Kemungkinan
penyembuhan
3. Penelitian
obat-obat baru
4. Penelitian
efek samping obat-obatan dan atau teknologi baru terhadap beberapa penyakit
berhubungan dengan perjalanan obat di dalam tubuh serta perlakuan tubuh
terhadapnya.
Obatadalah
benda yang dapat digunakan untuk merawat penyakit, membebaskangejala,atau
memodifikasi proseskimiadalam tubuh.Di dalam tubuh obat mengalami berbagai
macam proses hingga akhirnya obat dikeluarkan lagi dari tubuh. Proses-proses
tersebut meliputi, absorpsi, distribusi, metabolisme(biotransformasi), dan
eliminasi. Dalam proses tersebut, bila berbagai macam obat diberikansecara
bersamaan dapat menimbulkan suatu interaksi. Selain itu, obat juga dapat
berinteraksidengan zat makanan yang dikonsumsi bersamaan dengan obat.Interaksi
yang terjadi di dalam tubuh dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
interaksifarmakodinamik dan interaksi farmakokinetik. Interaksi farmakodinamik
adalah interaksi antar obat (yang diberikan berasamaan) yang bekerja pada
reseptor yang sama sehingga menimbulkanefek sinergis atau antagonis. Interaksi
farmakokinetik adalah interaksi antar 2 atau lebih obatyang diberikan bersamaan
dan saling mempengaruhi dalam proses ADME (absorpsi, distribusi,metabolisme,
dan eliminasi) sehingga dapat meningkatkan atau menurunkan salah satu kadar
obat dalam darah.Tubuh kita punya banyak enzim yang dapat berinteraksi dengan
berbagai molekul,termasuk obat, yang berpotensi menjadi racun atau nutrien.
Namun, setiap individu jugamemiliki gen berbeda dan produk proteinnya
menentukan kemampuan individu merespons obat.Obat yang masuk dalam tubuh -
entah lewat cara oral, irup, suntik, atau serap lewat pori- pori kulit - akan
melalui beberapa tahap sebelum mencapai sasaran. Setelah diserap,
proteinmenjemput dan mengantarkan obat ke dalam suatu sel, misal sel hati. Di
sini mereka mengalamimodifikasi oleh sejumlah enzim metabolik
(pembongkar-penyusun); bisa diaktifkan atau diurai.Pada manusia bentuk enzim
itu berlainan akibat perbedaan dari genetic. Bisa jadi seseorang punya enzim
sangat aktif sedangkan milik orang lain malah tidak terlalu aktif.
Perbedaan genetik itu mempengaruhi perjalanan obat dalam tubuh yang meliputiabsorbsi,
metabolik, pergerakan menuju molekul sasaran, perubahan struktur yang
diharapkanatau tidak diharapkan dari molekul sasaran, degradasi obat, dan
pengeluaran hasil degradasi itu.Maka, tidak aneh bila reaksi setiap individu
terhadap obat bisa berbeda-beda.The Journal of
the American Medical Association(1998) melaporkan, 2,2
juta pasien setiap tahun mengalamiketidakcocokan obat, dan
106.000 di antaranya meninggal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Obat merupakan sediaan atau paduan bahan-bahan
termasuk produk biologi
(vaksin,imunosera, antigen, hormone, enzim, produk darah, produk hasil fermentasi = antibody
monoclonal dan produk hasil rekombinan DNA) dan kontrasepsi yang siap digunakan
untuk mempengaruhi ataumenyelidiki system fisiologi atau keadaan patologi dalam
rangka pencegahan, penyembuhan, pemulihan dan peningkatan kesehatan.Inti dari
obat ini adalah senyawa kimia sintetik dan produk biologi dan
kontrasepsi(senyawa sintetik kimia dan hormone), tidak termasuk di dalamnya
obat tradisional (OT=berasaldari herbal maupun binatang), produk fitofarmaka
(obat herbal yg terstandarisasi dan teruji preklinik dan klinik) dan jamu.Ilmufarmakokinetika,
yakni ilmu tentang nasib obat di dalam badan. Obat masuk ketubuh kita akan
mengalami berbagai peristiwa yakni : absorpsi, distribusi, mekanisme daneliminasi.Kerja
suatu obat merupakan hasil dari banyak sekali proses dan kebanyakan
prosessangat rumit. Umunya ini didasari suatu rangkaian reaksi, yang dibagi
dalam tiga fase :
-Fase farmaseutik
-Fase farmakokinetika
-Fase farmakodinamika
Fase farmaseutik meliputi hancurnya bentuk sediaan obat
dan melarutnya bahan obat, dimana kebanyakan bentuk sediaan obat padat yang
digunakan. Karena itu fase ini terutamaditentukan oleh sifat-sifat galenik
obat.Fase farmakokinetika merupakan bagian proses invasi dan proses eliminasi
(evasi), invasiadalah proses yang berlangsung pada pengambilan suatu bahan obat
ke dalam organisme dan proses eliminasi adalah proses yang menyebabkan
penurunan konsentrasi obat dalam organisme.Organisme merupakan system terbuka
atau system aliran karena senantiasa berlangsung pertukaran bahan dan
pertukaran energy dengan sekitarnya. Apabila kesetimbangan tercapaiantara
pemasukan dan pengeluaran maka sistem dikatakan mencapai kesetimbangan
aliran.Fase farmakodinamika merupakan interaksi obat reseptor dan juga
proses-proses yangterlibat dimana akhir dari efek farmakologi terjadi.Kerja
obat tidak hanya tergantung dari sifat farmakodinamika bahan obat, tetapi
jugatergantung pada :
·
Bentuk
sediaan dan bahan pembantu yang digunakan.
·
Jenis
dan tempat pemberian
·
Keterabsorpsian
dan kecepatan absorpsi, distribusi dalam organism.
·
Ikatan
dan lokalisasi dalam jaringan
·
Biotransformasi
dan
·
Keterekskresian
dan kecepatan ekskresi.
Apabila obat yang diberikan diinginkan kerja yang cepat
maka harus dipilih suatu cara pemberian, yang pada cara ini periode laten
antara waktu pemberian dan munculnya kerjasingkat dengan meniadakan absorpsi (penyuntikan
intravasal, inhalasi), sebaliknya jikadiinginkan kerja yang tertunda, maka
bentuk-bentuk pemberian yang melalui absorpsi,sedangkan jika kerja
obat terarah pada atau dalam daerah tubuh tertentu (topical).Pada pemberian
obat harus diperhatikan juga keadaan pasien dan umur pasien, misalnya pada
keadaan tidak sadar, obat tidak boleh diberikan secara oral, karena terdapat
bahaya pernapasan akibat tak adanya reflex menelan. Demikin juga untuk pasien
yang keadaanlambungnya terbatas maka pemberian secara oral kurang cocok.
Selain itu hindari penyuntikan pada pasien yang ketakutan dan
anak-anak.
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Fisiologi
Obat bagi Tubuh Manusia
Obat
merupakan kumpulan zat kimia yang dapat mempengaruhi proses hidup
setiapmanusia yang mengkonsumsinya dan akan melewati mekanisme kerja dari mulai
bagaimanaobat itu diabsorpsi, didistribusikan, mengalami biotransformasi dan
akhirnya harus ada yangdiekskresikan.
B.
Absorpsi
Obat Dalam Tubuh
Absorpsi merupakan prosespenyerapanobatdari tempat
pemberian, menyangkutkelengkapan dan kecepatan proses. Pada klinik pemberian
obat yang terpenting harusmencapai bioavaibilitas yang menggambarkan kecepatan
dan kelengkapan absorpsi sekaligusmetabolisme obat sebelum mencapai sirkulasi
sistemik.Hal ini penting, karena terdapat beberapa jenis obat tidak semua yang
diabsorpsi daritempat pemberian akan mencapai sirkulasi sistemik, namun akan
dimetabolisme oleh enzimdi dinding usus pada pemberian oral atau dihati pada
lintasan pertamanya melalui organ-organ tersebut.Adapun faktor- faktor yang
dapat mempengaruhi bioavaibilitas obat pada pemberianoral, antara lain :
·
Faktor
Obat
Sifat- sifat fisikokimia
seperti stabilitas pH lambung, stabilitas terhadap enzim pencernaan serta
stabilitas terhadap flora usus, dan bagaimana formulasi obat seperti
keadaanfisik obat baik ukuran partikel maupun bentuk kristsal/ bubuk dll.
·
Faktor
Penderita
Bagaimana pH saluran cerna,
fungsi empedu, kecepatan pengosongan lambungdari mulai motilitas usus, adanya
sisa makanan, bentuk tubuh, aktivitas fisik sampai denganstress yang
dialami pasien.
C.
Distribusi
Obat Dalam Tubuh
Setelah diabsorpsi obat akan didistribusi keseluruh
tubuh melalui sirkulasi darah,karena selain tergantung dari alirandarah,
distribusi obat juga ditentukan oleh sifatfisikokimianya.Distribusi obat dapat
dibedakan menjadi 2 fase berdasarkan penyebaran didalamtubuh, yaitu :
a.
Distribusi
fase pertama terjadi segera setelah penyerapan, yaitu ke organ yang perfusinya sangat
baik, seperti jantung, hati, ginjal dan otak.
b.
Distribusi
fase kedua jauh lebih luas lagi, yaitu mencakup jaringan yang perfusinya
tidak sebaik organ pada fase pertama, misalnya pada otot, visera,
kulit dan jaringan lemak.
Distribusi obat dari sirkulasi ke Susunan Saraf Pusat
sulit terjadi, karena obat harus menembus Sawar Darah Otak, karena endotel
kapiler otak tidak mempunyai celahantar sel maupun vesikel pinositotik.Apabila
obat mencapai pembuluh darah, obat akan ditranspor lebih lanjut bersamadalam
aliran darah dalam sistem sirkulasi. Akibat landaian konsentrasi darah terhadap jaringan,
bahan obat mencoba untuk meninggalkan pembuluh darah dan terdistribusi dalamorganisme
keseluruhan. Penetrasi dari pembuluh darah ke dalam jaringan dan dengandemikian
distribusinya, seperti halnya absorbsi, bergantung pada banyak peubah.Khususnya
ukuran molekul, ikatan pada protein plasma dan protein jaringan, kelarutan
dansifat kimia. Selanjutnya bergantung pada pasokan darah dari organ dan
jaringan masing-masing, ketelapan membran dan perbedaan pH antara plasma dan
jaringan.
1. Ruang Distribusi
Berdasarkan fungsinya, organisme dapat
dibagi dalam ruang distribusi yang berbeda (kompartemen). Ruang Intasel dan
ruang ekstrasel, dalam ruang intrasel (sekitar 75%dari bobot badan)
termasuk cairan intrasel dan komponen sel yang padat, ruang ekstrasel (sekitar
22% dari bobot badan) dibagi lagi atas :
·
Air
plasma : air plasma (sekitar 4% dari bobot badan) meliputi cairan intravasal.
·
Ruang
usus : ruang usus (sekitar 16-20% dari bobot badan) meliputi cairan yangmudah
berdifusi dalam intestinum serta cairan yang sukar berdifusi dalam jaringanikat
tebal dari kulit, otot, persendian dan tulang.
·
Cairan
transsel : cairan transsel (sekitar 1.5% dari bobot badan)
Angka-angka yang diberikan hanya berlaku untuk orang dewasa usia
pertengahan.Pada bayi misalnya, bagian cairan pada bobot badan pada hakekatnya
lebih tinggi.
Bergantung pada sifat fisiko kimianya, berdasaran distribusi ke dalam
berbagairuang distribusi, dibedakan 3 jenis bahan obat :
·
Obat
yang hanya terdistribusi dalam plasma.
·
Obat
yang terdistribusi dalam plasma dan ruang eksternal sisa.
·
Obat
yang terdistribusi dalam ruang ekstrasel dan juga dalam ruang intrasel.
Distribusi bahan obat lain antara ruang plasma dan
ruang usus dipengaruhi olehs truktur kapiler dalam daerah atau organ
masing-masing. Pertukaran mudah terjadi padatempat endotel kapiler dan membran
basal menunjukkan ruang (misalnya hati, limpa).Demikian juga yang baik dilewati
ialah kapiler yang memiliki ruang endotel disekeliling membran. Sebaliknya,
yang sukar ialah penetrasi dalam daerah kapiler dengan endoteldan membran basal
tanpa ruang dan selain itu penetrasinya sangat terbatas, apabila padakaliper
terdapat sel-sel lain. Kapiler otak misalnya, dikelilingi rapat dengan sel-sel
gliadan dalam darah pleksus khorioidea, yaitu tempat terbentuknya cairan
serebrospinalis,kapiler ke ruang cairan dilapisi oleh selapis tunggal
epitel. Akibatnya ialah pembatasan permeasi. Ini disebut sawar darah
otakdan sawar darah cairan otak. Bahan-bahan yanglarut dalam lemak
dapat melewati sawar dengan baik, sebaliknya bahan-bahan yang
tak larut dalam lemak sukar melewatinya, sejauh tak terdapat mekanisme transpor
aktif,seperti misalnya pada asam amino.Pada proses meradang, ketelapan naik
seperti dalam jaringan-jaringan lain,sehingga bahan yang dalam keadaan normal
tidak dapat berdifusi melalui sawar darahotak menembus ke dalam system saraf
pusat.Ruang intrasel dipisahkan oleh membrane sel lipofil menjadi ruang usus
dan ruang plasma. Karena itu juga hanya zat yang lipofil dapat menembus sel dan
organelnya,dengan kekecualian bahan yang ditranspor secara aktif.
2. Ikatan Protein
Faktor penting lain untuk distribusi obat ialah ikatan
pada protein terutama protein plasma, protein jaringan dan sel darah merah.
Sesuai dengan struktur kimia protein dapat terlibat ikatan ion, ikatan jembatan
hidrogen dan ikatan dipol-dipol sertainteraksi
hidrofob. Kemungkinan terjadi ikatan yang berbeda-beda
menjelaskan jugamengapa senyawa yang amat beragam diikat pada protein.
Kecuali
ikatan pada reseptor, ikatan pada protein relative tidak khas untuk senyawa-senyawa
yang asing bagi tubuh, walaupun begitu ikatan ini terjadi terutama pada
tempat ikatan dengan afinitas tinggi yang jumlahnya relatif kecil. pada
albuminserum manusia dapat dibuktikan dua tempat ikatan yang berbeda (tempat
ikatan I dan II).Beberapa bahan obat terikat selektif hanya pada satu dari
kedua tempat ikatan (misalnya antikoagulansia
jenis dikumarol pada tempat ikatan I, benzodiazepin pada tempat ikatanII)
sedangkan yang lain terikat pada kedua tempat ikatan. Pada senyawa basa
misalnya propanolol, lidokain, disopiramid, petidin atau antidepresiva
trisiklik, alfa glikoproteinasam membantu juga pembentukan ikatan protein
plasma.Untuk senyawa tubuh sendiri seringkali terdapat protein transpor
spesifik darifraksi globulin. Ikatan protein adalah bolak-balik. Ikatan tak bolak-balik
(kovalen)misalnya reaksi sitostatika yang mengalkilasi protein, tidak termasuk
dalam ikatan protein.Makin besar afinitas bahan yang bersangkutan, pada
protein, makin kuat ikatan protein.Sejauh tetapan afinitas terhadap berbagai
protein, misalnya terhadap protein plasma dan protein jaringan, berbeda,
maka kesetimbangan distribusi juga dipengaruhi :kesetimbangan akan bergeser ke
protein dengan tetapan afinitas yang lebihbesar.Selajutnya ikatan protein selain bergantung kepada sifat-sifat bahan berkhasiat, ia bergantung
juga kepada harga pH plasma serta bergantung kepada umur. Contohnya padakeadaan
asidosis, barbiturat yang terikat pada protein menurun. Pada bayi baru
lahir,ikatan protein lebih rendah daripada ikatan protein dewasa (dengan akibat
meningkatnyakepekaan bayi baru lahir).Ikatan protein mempengaruhi intensitas
kerja, lama kerja dan eliminasi bahanobat sebagai berikut : bagian obat yang
terikat pada protein plasma tidak dapat berdifusidan umumnya tidak mengalami
biotransformasi dan eliminasi. Tanpa memperhatikankekecualian, ini berarti
bahwa hanya bentuk bebas yang mencapai tempat kerja yangsesungguhnya dan karena
itu dapat berkhasiat. Dipihak lain bagian yang terikatmerupakan bentuk cadangan yang
tidak aktif. Pada penurunan konsentrasi bentuk bebas(misalnya
akibat biotransformasi dan aliminasi), molekul obat dibebaskan dari cadanganini
untuk mengatur kembali kesetimbangan. Apabila dalam darah tedapat beberapa obatdalam waktu yang bersamaan, maka terdapat kemungkinan
persaingan terhadap tempatikatan dan dengan demikian sebaliknya terjadi
pengaruh terhadap intensitas kerja danlama kerja, terutama jika besarnya bagian
yang terikat lebih dari sama dengan 80%.Selanjutnya harus dipikirkan bahwa obat
dapat juga mengusir senyawa tubuh sendiri,misalnya bilirubin atau
glikokortikoid dari ikatannya pada protein plasma danmenyebabkan bagian
yang tidak terikat meningkat.
D.
Biotransformasi
Obat Dalam Tubuh
Biotransformasi atau lebih dikenal dengan metabolisme
obat, adalah proses perubahan struktur kimia obat yang terjadi dalam tubuh dan
dikatalisis oleh enzim. Pada proses ini molekul obat diubah menjadi lebih
polar atau lebih mudah larut dalam air dankurang larut dalam lemak, sehingga
lebih mudah diekskresi melalui ginjal. Enzim yang berperan dalam
biotransformasi obat dibedakan berdasar letak dalam sel, yaitu EnzimMikrosom
terdapat dalam reticulum endoplasma halus dan Enzim Non Mikrosom. KeduaEnzim
Mikroson dan Enzim Non Mikrosom, aktifitasnya ditentukan oleh faktor
genetic,sehingga kecepatan metabolisme obat antar individu bervariasi.
E.
Ekskresi Obat Dalam Tubuh
Obat dikeluarkan dari tubuh melalui berbagai organ ekskresi dalam bentuk metabolit
hasil biotransformasi atau dalam bentuk asalnya. Obat atau metabolit polar
lebih cepat diekskresi daripada obat larut lemak, kecuali yang melalui paru.
Ginjal merupakanorgan ekskresi yang terpenting dan ekskresi disini
resultante dari 3 proses, yaitu filtrasi diglomerulus,
sekresi aktif di tubuli proksimal, dan reabsorpsi pasif di tubuli proksimal
dandistal.Ginjal merupakan organ yang penting dalam tubuh dan berfungsi membuangsampah metabolisme dan racun
tubuh dalam bentuk urin atau air seni, yang kemudiandikeluarkan dari dalam
tubuh.Ekskresi ginjal
dari obat aktif dapat juga dipengaruhi oleh terapi
obat yangmenyertainya. Ekskresi ginjal dari beberapa obat asam lemah atau basa lemah dapat
dipengaruhi oleh obat lain yang mempengaruhi
pH urin. Ini disebabkan perubahan ionisasidari obat tersebut. Hampir semua obat
disaring di glomerulus, apabila obat dalam bentuk larut lemak akan diserap
kembali secara difusi pasif. Jika diharapkan untuk ekskresi,
maka penting untuk pencegahan penyerapan kembali dari tubulus. Dapat dilakukan denganmengatur
pH urin, obat diusahakan dalam bentuk ion, sehingga obat akan terjebak di
dalamurin. Sehingga asam lemah biasanya lebih cepat diekskresi dalam urin
alkalis, basa lemah biasanya diekskresi di dalam urin asam.
1.Ekskresi
Organ yang paling penting untuk ekskresi
obat adalah ginjal. Obat diekskresikandalam struktur tidak berubah atau sebagai
metabolit. Jalan lain yang utama adalah eliminasiobat melalui sistem empedu
masuk ke dalam usus kecil, obat atau metabolitnya dapat mengalami reabsorpsi
dan eliminasi dalam feses. Jalur ekskresi jumlah obat sedikit adalah melalui
air ludah dan air susu merupakan suatu rute yang menimbulkan masalah bagi bayi disusui.
Zat yang menguap seperti anestesi berjalan melalui epitel paru-paru.
2.Eliminasi Obat melalui Ginjal
Setiap manusia mempunyai
dua ginjal dan berfungsi untuk memindahkan semuazat yang
bersifat toksis terhadap badan manusia dari aliran darah. Zat-zat ini diubah
danmasuk ke dalam urine yang berarti dikeluarkan dari badan. Eliminasi obat melalui ginjal merupakan kejadian yang
kompleks, dan mengakibatkan terjadinya beberapa proses yaitu :a)filtrasi glomerulus b)sekresi tubuli aktif c)reabsorpsi pasif jika
suatu obat yang ekskresinya melalui ginjal diberikan bersamaan obat-obat yang dapat merusak ginjal, maka akan terjadi akumulasi obat tersebut yang dapat
menimbulkan efek toksik.
Contoh: digoksin diberikan bersamaan dengan obat yang dapat merusak ginjal(aminoglikosida,
siklosporin) mengakibatkan kadar digoksin naik sehingga timbul efek toksik.Jika di tubulus ginjal
terjadi kompetisi antara obat dan metabolit obat
untuk sistem trasport aktif yangsama dapat menyebabkan hambatan
sekresi.Contoh: jika penisilin diberikan bersamaan probenesid maka akan
menyebabkan klirens penisilin turun, sehingga kerja penisilin lebih
panjang.Bila terjadi perubahan pH urin maka akan menyebabkan perubahan klirens ginjal.Jika
harga pH urin naik akan meningkatkan eliminasi obat-obat
yang bersifat asam lemah,sedangkan jika harga pH turun akan
meningkatkan eliminasi obat-obat yang bersifat
basalemah.Contoh: pemberian pseudoefedrin (obat basa lemah) diberikan bersamaan ammoniumklorida maka
akan meningkatkan ekskersi pseudoefedrin. Terjadi ammonium
klorida akanmengasamkan urin sehingga terjadi peningkatan ionisasi
pseudorfedrin dan eliminasi dari pseudoefedrin juga meningkat.
3.Eliminasi melalui empedu, air ludah dan air susu
Banyak obat diangkut secara aktif oleh
sel-sel hati melalui darah masuk ke dalamempedu dan selanjutnya berjalan masuk
ke dalam usus. Bila obat larut dalam lipid, makaobat dapat direabsorpsi oleh
usus dan akan mengalami siklus enterohepatik. Bila obat sangatlarut dalam obat
akan tetap tinggal di usus dan diekskresikan melalui feses. Adanya
siklusenterohepatik dapat memperpanjang umur hidup obat di dalam badan.Beberapa
obat dapat tampak dalam air ludah dan dapat menimbulkan rasa tidak enak
serta mengiritasi jaringan di mulut. Kepindahan obat dalam dari darah ke air
ludahtergantung pada kelarutan obat dalam lipid, ikatan obat dengan protein
plasma.Selama ibu menyusui bayi sedapat mungkin menghindari penggunaan obat
karenadapat menimbulkan efek yang merugikan bagi bayi akibat pemindahan obat
dari ibu ke bayiyang menyusu ibunya. Hampir semua obat yang terdapat dalam
darah ibu yang menyusui
terdapat juga pada air susu. Kadarnya dalam
lipid, ionisasi dan besarnya ikatan obat dengan protein plasma. Meskipun jumlah
obat dalam air susu ibu relatif kecil, oleh karena fungsihepar dan ginjal bayi
belum bekerja penuh akan mengakibatkan inaktivasi metabolisme daneliminasi obat
dan berakibat timbulnya efek yang tak dikehendaki bayi seperti,
diazepam,antrakinon.
4.Eliminasi Obat melalui Bernafas dan Sekresi Lainnya
Zat yang mudah menguap seperti anestetik inhalasi, Halotan akan segera berdifusi
melintasi perintang lipoid darah membran alveoli dan dieliminasi melalui
nafas.Penggunaan anestesi dalam paru-paru kadar obatnya menurun dibanding dalam darah.Karena
obat-obat tersebut sangat larut dalam lemak, maka dia segera dan sangat
cepatkembali melalui ke dalam paru-paru dari peredaran darah dan selanjutnya
keluar melaluinafas dan menimbulkan anestesi.Obat atau metabolitnya dapat pula
berada dalam sekresi lain, meskipun kadarnyaadalah sangat rendah. Rute
eliminasi lain adalah melalui berkeringat dari kulit atau sebagaizat yang
terikat dalam sel kulit dan rambut.
BAB IV
KESIMPULAN
Obat merupakan kumpulan zat kimia yang dapat
mempengaruhi proses hidup setiapmanusia yang mengkonsumsinya dan akan melewati
mekanisme kerja dari mulai bagaimana obat itu diabsobsi, distribusi, mengalami
biotranformasidan akhirnya harus ada yang diekresikan. Absorpsi merupakan proses penyerapan obat dari tempat pemberian, menyangkutkelengkapan
dan kecepatan proses. Pada klinik pemberian obat yang terpenting harus
mencapai bioavaibilitas yang menggambarkan kecepatan dan kelengkapan
absorpsi sekaligus metabolismeobat sebelum mencapai sirkulasi
sistemik.Distribusi obat dari sirkulasi ke Susunan Saraf Pusat sulit terjadi,
karena obat harusmenembus Sawar Darah Otak, karena endotel kapiler otak tidak
mempunyai celah antar selmaupun vesikel pinositotik Bergantung pada sifat
fisiko kimianya, berdasaran distribusi ke dalam berbagai ruangdistribusi,
dibedakan
3 jenis bahan obat :
•Obat yang hanya terdistribusi dalam plasma.
•Obat yang terdistribusi dalam plasma dan ruang
eksternal sisa.
•Obat yang terdistribusi dalam ruang ekstrasel dan
juga dalam ruang intrasel.
Mekanisme kerja obat yaitu proses-proses biokimia
ataupun biofisika yang mendasariaktivitas obat didalam tubuh. Karena efek yang
ditimbulkan oleh suatu obat dalam organisme bergantung kepada konsentrasi
pada tempat kerja dan dengan demikian pada suatu dosis harusdiperhatikan sejauh
dosis tertentu bergantung pada bobot badan, maka dosis harus diberikan dengan
tepat.Mekanisme kerja obat adalah proses perubahan struktur kimia obat yang
terjadi dalamtubuh dan dikatalisis oleh enzim. Pada proses
ini molekul obat diubah menjadi lebih polar ataulebih mudah larut
dalam air dan kurang larut dalam lemak, sehingga lebih mudah diekskresimelalui
ginjal.Organ yang paling penting untuk ekskresi obat
adalah ginjal. Obat diekskresikan
dalamstruktur tidak berubah atau sebagai metabolit. Jalan lain yang utama adalah
eliminasi obat
melalui sistem empedu masuk ke dalam usus kecil, obat atau metabolitnya dapat
mengalami reabsorpsi dan eliminasi dalam feses.
DAFTAR PUSTAKA
1.Ernest
Mutschler. Dinamika Obat edisi V. Penerbit ITB. 1999.
2.Ganiswara, G,
Sulistia. Farmakologi dan Terapi edisi IV. Jakarta : Bagian Farmakologi
FakultasKedokteran Universitas Indonesia. 1995. hal : 2-12.
5.Farmakokinetika Klinik (Interaksi Obat Mempengaruhi ADMEObat),
Dion
Arga Anggayasta 068114013 dan Bernadus
Tatag Prasetya068114075
6.Mutschler, E.,
1985,
Dinamika
Obat Farmakologi dan Toksikologi
, 88-93,
Penerbit ITB,Bandung7.Sulistia, dkk, 2007,
Famakologi
dan Terapi,
862-872, UI
Press, Jakarta
perotein dalam plasma, karena sangat berpengaruh
terhadap distribusi
reseptor tu ada hubunganya dengan
obat sistemik butuh reseptor yg local